Uji Pondasi Tiang Dengan Beban Statis
SNI 4153:2008 Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPT
SNI 03-6475-2000 mencakup prosedur pengujian satu buah pondasi tiang tegak atau miring dan pondasi kelompok tiang tegak untuk menentukan perilakunya akibat pembebanan tekan statis yang bekerja pada sumbu tiang atau kelompok tiang. Metode uji ini dapat diterapkan pada seluruh jenis pondasi dalam yang mempunyai fungsi serupa dengan pondasi tiang tanpa meninjau metode pemasangannya
SNI 03 6475 2000 Uji Pondasi Tiang |
SNI 03-6475-2000 Metode Uji Pondasi Tiang Dengan Beban Statis Tekan Aksial |
|
---|---|
No. Urut |
: 30 |
Bahasa | : Bahasa Indonesia |
Halaman | : 23 Halaman |
Format | : Pdf |
Sumber | : Badan Standarisasi Nasional |
Nomor | : SNI 03-6475-2000 |
Sifat | : GRATIS |
Ruang Lingkup
Metode uji ini mencakup prosedur pengujian satu buah pondasi tiang tegak atau miring dan pondasi kelompok tiang tegak untuk menentukan perilakunya akibat pembebanan tekan statis yang bekerja pada sumbu tiang atau kelompok tiang. Metode uji ini dapat diterapkan pada seluruh jenis pondasi dalam yang mempunyai fungsi serupa dengan pondasi tiang tanpa meninjau metode pemasangannya. Metode uji disusun dalam beberapa butir yaitu :
1. Dokumen Acuan
2. Peralatan Pembebanan
3. Peralatan Pengukur Pergerakan
4. Prosedur Pembebanan
5. Prosedur Pengukuran Pergerakan
6. Persyaratan Keamanan
7. Laporan
Peralatan Pembebanan
Peralatan untuk pemberian beban tekan kepada tiang atau kelompok tiang uji harus sesuai dengan butir 3.3, 3.4 dan 3.5 atau dipersyaratkan tersendiri dan harus disusun sedemikian rupa sehingga beban diberikan pada sumbu memanjang dari tiang atau kelompok tiang untuk memperkecil eksentrisitas pembebanan.
Apabila kondisi memungkinkan, tanah dasar pada tiang tunggal atau kelompok tiang harus digali sampai pada elevasi rencana pemotongan tiang. Tiang atau tiang-tiang uji harus dipotong atau dibuat sampai pada elevasi tertentu sehingga memudahkan pemasangan peralatan pembebanan, penempatan peralatan pengukuran dan pengamatan pengukurannya. Apabila diperlukan, tiang uji harus disangga dan atau diikat sehingga penekukan tiang dapat dicegah tanpa mempengaruhi hasil uji.
Apabila kepala tiang rusak setelah pemancangan maka bagian tiang yang rusak tersebut harus dibuang sebelum uji dilakukan. Untuk uji kelompok tiang, kepala tiang-tiang harus disatukan dengan pelat beton bertulang (blok tiang) yang dirancang dan dibuat berdasarkan panduan praktis.
Untuk pengujian pada tiang beton pracetak atau cetak ditempat, pelat uji harus dipasang dengan menggunakan bahan graut yang cepat mengering bertekanan tinggi. Untuk pengujian pada tiang baja H tunggal, pelat uji harus dipasang dengan pengelasan. Untuk pengujian pada tiang kayu tunggal, pelat uji dapat langsung di atas kepala tiang yang telah dipotong sebelumnya agar pelat uji sepenuhnya menumpu pada permukaan tiang; sebagai alternatif pelat uji dapat dipasang dengan bahan graut yang cepat mengering dan berkekuatan tinggi.
Peralatan Uji
Dongkrak hidraulik dan prosedur operasinya harus mengacu pada ANSI B 30.1.
Kecuali bila digunakan terkalibrasi, maka seluruh sistem dongkrak termasuk dongkrak hidraulik, pompa hidraulik dan pengukur tekanan hidraulik sebelum digunakan harus dikalibrasi sebagai satu kesatuan dengan ketelitian tidak kurang dari 5% terhadap pembebanannya.
Dongkrak hidraulik harus dikalibrasi pada seluruh lintasan pistonnya untuk penambahan dan pengurangan beban. Apabila digunakan dua atau lebih dongkrak, maka harus memakai diameter piston yang sama serta harus dihubungkan dengan satu alat ukur tekanan dan satu pompa hidraulik.
Apabila ketelitian pengukur tekanan lebih tinggi dari yang disyaratkan maka “load cell” atau pengukur beban lainnya yang setara harus dipasang pada dongkrak hidraulik. “Load cell” atau pengukur beban lainnya tersebut harus dikalibrasi sebelumnya dengan ketelitian tidak kurang dari 2% terhadap pembebanan dan harus dilengkapi dengan landasan bulat.
Apabila pompa hidraulik ditinggal sewaktu-waktu pada saat pengujian dilakukan, pompa harus dilengkapi dengan pengatur otomatis untuk menjaga supaya besarnya pembebanan konstan selama penurunan tiang terjadi.
Laporan kalibrasi peralatan pengujian harus disertakan dan harus menyatakan besarnya suhu udara pada saat kalibrasi dilakukan.
Peralatan Untuk Mengukur Pergerakan
Seluruh balok dan kabel acuan harus ditumpu dengan penyangga tersendiri yang tertanam kuat di dalam tanah dengan jarak bebas tidak kurang dari 2,5 m dari tiang (tunggal atau kelompok) uji serta berjarak cukup jauh dari tiang jangkar atau susunan balok kayu.
Balok acuan harus cukup kaku untuk menyangga peralatan ukur sehingga tidak terjadi variasi pembacaan yang terlalu besar. Apabila digunakan balok baja sebagai balok acuan maka salah satu ujungnya harus bebas bergerak ke arah horizontal sebagai akibat pemuaian.
Jarum ukur harus mempunyai pergerakan paling sedikit 50 mm; tuas ukur yang lebih panjang harus disediakan sebagai antisipasi penurunan yang lebih besar. Kecuali seperti yang disyaratkan pada butir 4.4.2, jarum ukur penurunan harus mempunyai ketelitian minimum 0,25 mm.
Permukaan landasan rata dan halus (seperti kaca) yang tegak lurus terhadap pergerakan tuas ukur harus terpasang pada tuas ukur. Skala baca patok ukur penurunan tiang harus mempunyai ketelitian 0,25 mm. Batang terget harus terbaca sampai 0,3 mm.
Jarum ukur, mistar dan titik-titik acuan harus ditandai dengan jelas memakai angka atau huruf. Sistem pengukuran, sistem acuan dan instrumentasi harus diberi perlindungan terhadap perubahan suhu ekstrim dan terhadap gangguan lainnya. Jarum, patok ukur dan titik acuan yang terdapat pada tiang uji atau blok tiang harus menempel kuat agar tidak terjadi pergerakan relatif terhadap tiang atau blok tiang selama pengujian
Pergerakan Aksial Pangkal Tiang
Peralatan untuk mengukur pergerakkan aksial tiang uji (tunggal atau kelompok) harus terdiri dari sistem primer dan sekunder seperti pada metode berikut ini :
1. Jarum Ukur
Dua balok acuan sejajar, satu pada setiap sisi tiang uji (tunggal atau kelompok) harus dipasang sedemikian rupa sehingga penyangga kedua ujung-ujungnya berada cukup jauh dari tiang jangkar atau tumpuan susunan kayu. Paling sedikit dua jarum ukur harus dipasang satu pada setiap balok acuan dengan jarak yang hampir sama dari titik pusat tiang uji (tunggal atau kelompok) serta tuas ukur harus sejajar dengan sumbu memanjang tiang.
Tuas ukur ini harus menumpu pada baja siku yang menempel erat pada kedua sisi tiang atau blok tiang. Sebagai alternatif dapat saja sebaliknya yaitu jarum ukur dipasang pada baja siku dan tuas ukur menumpu pada balok acuan tetapi tuas ukur harus tetap sejajar dengan sumbu memanjang tiang.
Jarum ukur dapat diletakan di atas pelat uji dengan menggunakan batang target yang dimasukan ke dalam tiang (lihat gambar 7) tetapi dua jarum ukur tambahan (satu pada setiap sisi tiang) harus dipasang untuk mengukur pergerakkan relatif antara pelat uji dengan tiang uji. Untuk pengujian tiang miring, jarum ukur harus dipasang pada garis yang tegak lurus sumbu memanjang tiang uji.
2. Kawat, Cermin dan Pita Ukur
Dua kawat sejajar, satu pada setiap sisi tiang uji (tunggal atau kelompok) direntangkan sedemikian rupa sehingga tumpuannya berada cukup jauh dari tiang jangkar atau tumpuan susunan balok. Rentangan kawat tersebut harus melintas di depan pita ukur yang ditempel pada cermin dan dipasang pada tiang dalam arah sejajar dengan sumbu memanjang tiang.
Pergerakkan sumbu tiang dapat diketahui dengan melihat kawat yang berimpit dengan skala pada pita ukur tersebut. Jarak kawat dari muka cermin tidak boleh lebih dari 25 mm dan tegangan kawat harus tetap dijaga selama pengujian berlangsung. Kawat yang dipergunakan adalah kawat piano atau sejenisnya.
3. Alat penyipat datar atau Sinar Laser
Pembacaan dengan alat penyipat datar atau sinar laser harus menggunakan bak ukur atau mistar ukur dan harus diikat terhadap titik tetap (BM) yang paling dekat dengan lokasi pengujian.
Sebagai alternatif, alat penyipat datar harus diletakan pada suatu objek dengan elevasi tetap (misalnya permukaan tiang pancang) di luar daerah pengujian terdekat. Titik-titik tetap yang digunakan pada pembacaan penurunan harus diletakan pada kedua sisi tiang (tunggal atau kelompok) yang saling berhadapan.
4. Alat ukur tipe lain (Opsi)
Alat ukur dengan tipe lain seperti alat ukur elektrik atau optik yang telah teruji keandalannya dengan ketelitian 0,25 mm dapat digunakan.
5. Pergerakan Lateral (Opsi)
Pergerakan lateral dari puncak tiang uji (tunggal atau kelompok) harus diukur dengan ketelitian 2,5 mm dan menggunakan salah satu dari metode berikut ini :
a. Dua buah jarum ukur yang diletakan saling tegak lurus di atas balok acuan dengan tuas pengukur tegak lurus terhadap sumbu memanjang tiang yang menumpu pada sisi tiang atau blok tiang.
b. Dua buah mistar ukur yang diletakan horizontal dan saling tegak lurus pada dua sisi tiang atau blok tiang pada pengujian tiang miring. Salah satu alat ukur harus diletakan dalam arah sumbu tiang.
Prosedur Pembebanan
1. Prosedur Pembebanan Standar
Jika tidak terjadi keruntuhan, bebani tiang uji sampai 200% dari beban uji rencana untuk pengujian tiang tunggal atau 150% untuk pengujian kelompok tiang dengan peningkatan pembebanan sebesar 25%. Pertahankan pembebanan sampai laju penurunan tiang tidak lebih dari 0,25 mm/jam selama tidak lebih dari 2 jam.
Apabila tiang uji (tunggal atau kelompok) belum mengalami keruntuhan dan besarnya penurunan tidak lebih dari 0,25 mm selama 1 jam maka pembebanan dihentikan setelah selang 12 jam pengujian; sedangkan apabila besarnya penurunan lebih dari itu maka pembebanan total harus tetap diberikan untuk selang waktu 24 jam.
Setelah pembebanan total mencapai 24 jam, pembebanan harus dikurangi dengan laju pengurangan beban 25% untuk setiap 1 jam. Apabila kegagalan tiang uji terjadi, pembebanan harus dilanjutkan sampai penurunan tiang mencapai 15% dari garis tengah tiang atau diagonal tiang.
2. Metode Pembebanan Langsung
Pada metode pembebanan langsung seperti yang disebut dalam butir 3.5, peningkatan pembebanan pertama harus memperhitungkan berat dari balok uji dan bordes pembebanan. Sebelum penambahan atau pengurangan beban, pasak harus dikencangkan agar bordes tetap stabil. Pada saat penambahan atau pengurangan beban harus dijaga agar tidak terjadi pembebanan akibat benturan/tumbukan.
3. Pembebanan Siklik (Opsi)
Untuk pembebenan awal, penambahan beban sesuai dengan butir 5.1, setelah pembebanan mencapai 50%, 100% dan 150% dari beban rencana untuk tiang tunggal atau 50% dan 100% untuk kelompok tiang.
Pembebanan pada setiap tahap tersebut dipertahankan selama 1 jam, kemudian pembebanan diturunkan sesuai dengan laju penurunan beban dengan selang waktu 20 menit untuk setiap tingkat penurunan.
Setelah pembebanan total dari setiap pembebanan diangkat, bebani kembali pada setiap tingkat beban terdahulu dengan kenaikkan sebesar 50% dari beban rencana. Selang waktu untuk setiap kenaikan adalah 20 menit. Setelah seluruh beban perlu dicapai, pertahankan dan kurangi beban sesuai dengan butir 5.1.
4. Pembebanan melebihi beban uji standar (Opsi)
Setelah pembebanan dilakukan dengan butir 5.1, bebani kembali tiang uji (tunggal atau grup) sesuai dengan standar beban uji dengan laju penambahan 50% dari beban rencana dan selang waktu 20 menit untuk setiap tingkat pembebanan.
Setelah itu pembebanan dinaikkan kembali dengan laju penambahan 10% dari beban rencana dengan selang waktu 20 menit (untuk tiang tunggal atau kelompok) sampai dengan pembebanan total (150% atau 100%) atau sampai dengan terjadinya kegagalan tiang uji.
Apabila kegagalan tidak terjadi, pembebanan total dipertahankan selama 2 jam dan kemudian pembebanan diturunkan dengan 4 tingkatan penurunan beban yang sama dengan selang waktu 20 menit untuk setiap penurunan.
5. Pembebanan dengan selang waktu tetap (opsi)
Prosedur pembebanan sesuai dengan butir 5.1, tetapi dengan laju peningkatan sebesar 20%dalam selang waktu 1 jam untuk setiap tingkatan dan dengan selang waktu 1 jam untuk setiap tingkat penurunan beban.
Prosedur Pengukuran Pergerakan Tiang
1. Umum
Pada pergerakan aksial, lakukan pengukuran pada kepala tiang atau blok tiang; Pengukuran dapat dilakukan pada pelat uji asalkan persyaratan pada butir 4.2.1 dipenuhi. Untuk pergerakan lateral, pengukuran dilakukan pada kedua sisi tegak lurus kepala tiang atau blok tiang. Pembacaan pada seluruh alat ukur harus dilakukan secara serempak dan sepraktis mungkin.
Apabila digunakan metode pembebanan seperti pada butir 3.5, pembacaan alat ukur harus dilakukan sebelum balok uji dan bordes berada di atas tiang (tunggal atau kelompok). Setiap penyesuaian alat ukur atau data uji yang tercatat di lapangan sebutkan dan uraikan secara jelas.
2. Metode Pengukuran Baku
Ukur dan catat waktu, beban dan pergerakan sebelum dan setelah peningkatan dan pengurangan beban. Pada saat pembebanan dan selama tiang (tunggal atau kelompok) uji belum mengalami keruntuhan, ukur dan catat tambahan beban selama pembebanan dengan selang waktu tidak lebih dari 10 menit untuk 0,5 jam pertama dan tidak lebih dari 20 menit setelah itu untuk setiap tingkat pembebanan.
Setelah seluruh beban uji diberikan dan tiang (tunggal atau kelompok) tidak mengalami keruntuhan, ukur dan catat dengan selang waktu sebagai berikut; tidak lebih dari 20 menit untuk 2 jam pertama, tidak lebih dari 1 jam untuk 10 jam berikutnya dan tidak lebih dari 2 jam untuk 12 jam berikutnya. Apabila keruntuhan tiang terjadi maka lakukan pengukuran dan pencatatan segera sebelum pengurangan beban tingkat pertama.
3. Pengukuran untuk pembebanan dengan laju penetrasi tetap
Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan paling sedikit setiap 30 detik untuk menentukan laju penetrasi (penurunan) tiang uji. Apabila pembacaan dan pencatatan dilakukan dengan alat otomatis maka alat tersebut harus dioperasikan selama pengujian berlangsung.
Bila laju penetrasi telah mencapai yang ditentukan, lanjutkan pembacaan dan pencatatan selama durasi pembebanan dan pembebanan maksimum ditentukan. Segera setelah pengurangan beban, baca dan catat waktu, beban dan pantulan tiang harus dilakukan. Lanjutkan pembacaan dan pencatatan akhir 1 jam setelah seluruh beban dihilangkan.
4. Pengukuran untuk metode uji pembebanan cepat
Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan segera sebelum dan setelah setiap pemberian peningkatan beban dan pada setiap selang waktu yang telah ditetapkan. Bila pembebanan maksimum telah diberikan, lakukan pembacaan dan pencatatan dilakukan pada saat pengdongkrakan dihentikan.
Hal tersebut dilakukan pembacaan ulang pada saat 2,5 menit dan ulangi pembacaan 5 menit selanjutnya. Apabila selang waktu yang ditetapkan lebih besar dari butir 5.7.2 lakukan pembacaan dan pencatatan tambahan seperti yang ditetapkan. Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu dan pemantulan tiang setelah seluruh beban dihilangkan. Ulangi setelah 2,5 menit dan ulangi kembali 5 menit berikutnya.
5. Pengukuran untuk metode peningkatan penurunan tetap
Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan segera sebelum dan setelah setiap tingkat penurunan dengan pembacaan antara secukupnya, sehingga laju perubahan beban dan beban sebenarnya yang diperlukan untuk menjaga setiap tingkat penurunan dapat dihitung.
Pada saat pengurangan beban, lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan pantulan tiang segera setelah setiap penurunan tingkat beban dengan pembacaan antara secukupnya sehingga laju pantulan tiang dapat dihitung. Lakukan pembacaan dan pencatatan akhir 12 jam setelah seluruh beban dihilangkan.
Download SNI 03-6475-2000 Metode Uji Pondasi Tiang Dengan Beban Statis Tekan Aksial
Password winrar : www.sipilgo.com |
Apabila sobat Sipilgo ingin mengikuti atau berlangganan artikel dari kami silahkan mengunjungi di :
Telegram | Youtube |
Post a Comment for "Uji Pondasi Tiang Dengan Beban Statis"